"66.8% keluarga Palestina di Yerussalem, dibandingkan dengan 22.3% keluarga Yahudi hidup dibawah garis kemiskinan," menurut laporan kelompok Hak Manusia.
"Sebagian besar penduduk Yerussalem bahkan tak mampu untuk membeli kebutuhan pokok," imbuhnya.
Dan dampak terburuk justru dirasakan oleh anak-anak.
"Lebih dari 74% anak-anak di Yerussalem terkena dampak kemiskinan massal, dan sekitar 47% anak-anak Yahudi juga merasakan hal serupa."
"Lebih dari 94% anak-anak Palestina di Yerussalem Terjajah berada di bawah garis kemiskinan."
Kelompok kemanusiaan tersebut mengatakan, dampak-dampak tersebut terus memburuk sejak serangan Israel di Yerussalem, belum lagi beberapa sekolah yang hancur memaksa anak-anak sulit mendapatkan pendidikan yang layak dan menyebabkan meningkatnya tinndakan kriminal, seperti perampokan, penggunaan narkoba, hingga masalah kesehatan.
Menurut Data Statistik Penduduk (CBS) tahun 2007, penduduk Palestina di Yerussalem diperkirakan mencapai 260.522 jiwa.
Serbuan Israel pada 1967 selama enam hari di Yerussalem telah menjadi cambukan bagi penduduk Palestina, apalagi ketika ternyata PBB tidak mengetahui serbuan maut tersebut.
Kota suci tersebut merupakan rumah dari al-Haram al-Sharif, dimana berdiri pula tempat suci ketiga bagi umat Muslim, Masjid Al-Aqsa, dimana pertikaian Arab – Israel tak kunjung membaik.
Palestina meyakini, Yerussalem adalah ibukota bagi Palestina di masa mendatang, namun penjajahan Israel di wilayah tersebut seakan menutupi kebenaran itu.
Kelompok kemanusiaan juga menyatakan, tidak sedikit adanya laporan mengenai tindakan diskriminasi dan rasis dilakukan penduduk Yahudi terhadap warga Palestina, mencerminkan kekerasan terhadap hak-hak kemanusiaan penduduk Palestina.
"Kehidupan penduduk Palestina dapat dikatakan sebagai kehidupan yang berada di lingkaran penyiksaan, diskriminasi, dan kemiskinan."
Berbeda dengan beberapa dekade lalu, Yerussalem merupakan tanah basah bagi perekonomian dan kebudayaan di Tepi Barat.
Dan menurut kelompok kemanusiaan, saat ini tindakan diskriminatif yang melanda penduduk Palestina terus mengiringi kemanapun mereka melangkah.
"Sejak 1967, pemerintahan Israel menghentikan dana bagi roda perkembangan Yerussalem, dana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan dasar dan pelayanan masyarakat."
Dan sebagai hasilnya, penduduk Palestina mengalami penderitaan baik fisik maupun mental, belum lagi ditambah keadaan anak-anak mereka yang terus memburuk.
Sebuah kelompok Yahudi menyatakan bahwa tujuan mereka melakukan segala tindakan diskriminasi tersebut adalah untuk memastikan keamanan kelompok masyarakat Yahudi di Yerussalem dan sedikit demi sedikit menyingkirkan penduduk Palestina keluar dari kota suci tersebut.
"Satu-satunya alasan yang paling masuk akal atas tindakan diskriminasi yang dilakukan ke 35 wilayah pemerintahan untuk memaksa penduduk Yerussalem keluar adalah untuk menjadikan wilayah tersebut sebagai wilayah pemukim Yahudi," tutupnya.
Kungkungan Israel membuat keadaan ekonomi Betlehem, Tepi Barat, dan wilayah sekelilingnya, menjadi semakin lesu. Demikian diungkapkan oleh PBB dalam sebuah laporan yang diberikan satu minggu sebelum kunjungan Paus ke Nazareth. (al/iol) Dikutip oleh SuaraMedia.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar