Minggu, 15 Juli 2012

Astaghfirullahal ‘adzim......


Mulut kita ini, lidah kita ini, tubuh kita ini, betapa seringnya merendahkan manusia lain. Allah tidak malu menciptakan mereka, tetapi kita sering merasa malu berdekatan dengan mereka, bergaul dengan mereka, bersahabat dengan mereka, atau sekedar bertemu dengan mereka hanya karena derajatnya tidak sama.

Betapa menyedihkan jika telinga ini mendengar orang mengeluhkan dengan pandangan yang merendahkan atas orang-orang kampung yang karena tidak berkesempatan kuliah, membuat mereka tidak bisa menangkap pembicaraan Pak Mahasiswa yang bicaranya pakai istilah sulit-sulit (meskipun sebenarnya bisa disederhanakan sampai sangat sederhana).

Betapa menyedihkan ketika saya harus membaca tukang-tukang becak dipersalahkan dan dinistakan sebagai pembangkang hanya karena mereka tidak bisa beralih profesi menjadi sopir angkot ketika pejabat melarang becak dan menyuruh mereka untuk menjadi sopir angkot saja. Bukankah untuk mencapai yang lebih baik seseorang membutuhkan ilmu, keterampilan, dan modal, di samping kemauan? Aku tahu, tukang-tukang becak itu bukannya tidak mau berjualan di kios-kios pasar atau menjadi sopir angkot. Tetapi mereka itu tidak mampu. Karena itu, jangan sekali-kali engkau rendahkan saudara-saudaraku itu di rumah-rumahmu ketika engkau membaca koran atau majalah hanya karena engkau belum pernah merasakan bagaimana letihnya menarik becak. Jangan engkau rendahkan orang yang kulitnya tidak seputih dirimu. Jangan engkau rendahkan orang yang rambutnya tidak sebaik rambutmu. Jangan engkau rendahkan mereka yang diciptakan Allah dengan wajah yang tidak tampan dan tidak pula manis.

Sebab Allah tidak pernah malu menciptakan mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Powered By Blogger